Guru, sebuah profesi yang sangat luar biasa berat.
Profesi yang bersentuhan dengan jiwa yang beragam dengan berbagai karakter dan
tabi’at. Guru yang kedudukan nya sangat mulia, tak kalah dengan kedudukan orang
tua. Sebagaimana yang disampaikan Iman Al Ghozali, Jika orang tua menjadi sebab
manusia lahir di dunia, sedang guru menjadi sebab bahagia dan sukses di dunia,
di alam kubur, hingga ke akhirat
Guru, yang tugasnya super berat.
Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat kepadNya, karena mereka bukan hanya
mentransfer pengetahuan, bukan hanya mengajar. Namun lebih dari itu, mereka
mendidik, mendidik karakter, membangun sebuah kepribadian, menguatkan
mentalitas, menggerakkan potensi yang terpendam dan memobilisasi semua
kemampuan untuk meraih kesuksesan. Dalam sebuah buku Super Murobbi, seorang
guru tak cukup hanya duduk diam, namun harus bangkit penuh keyakinan:
1. Menjadi pemimpin pembuka jalan, path
finding, sehingga murid-muridnya terobsesi untuk melejitkan potensi. Perlakukan
mereka apa adanya, maka akan membuat mereka semakin buruk. Perlakukan mereka
berdasarkan potensinya, maka akan membuat mereka semakin baik.
2. Menjadi Polisi penegak hukum dan
pengawas keamanan. Guru adalah panglima dalam kedisiplinan dan komandan dalam
tanggung jawab. “ Menunda beramal saleh guna menantikan kesempatan yang lebih
luang adalah termasuk kebodohan jiwa. (Al Hikam : 16)
3. Sesepuh bijak dalam bertindak, adil
dalam menghukumi, serius dalam menapaki peran, sabar dalam menjalani cobaan,
fokus dalam kebaikan dan berpengalaman dalam berbagai medan tantangan. Selalu
optimis, berfikir dan berjiwa besar, menutup masa lalu, menatap masa depan dan
meniti hari ini dengan penuh keyakinan.”Diantara tanda keberhasilan pada akhir perjuangan adalah
merujuk kepada aturan Allah sejak permulaan.” (Al Hikam: 24)
4. Rujukan dalam pengetahuan, pemandu
problem solving, inspirator dalam mencari solusi, pakar dalam manajemen,
terampil dalam olah skill, tepat dalam analisa, dan akurat dalam mengambil
pilihan darurat. “Tahu jalan masuk dan jalan keluar dari suatu perkara,
sesempit apa pun jalan yang tersedia.” (Amru bin Ash,r.a.)
5. Menjadi dirigen untuk mengorkrestrai
potensi, mengaransemen minat dan bakat menata kecenderungan dan meluruskan
keyakinan. Seorang guru mendesain baju serba guna untuk berbagai macam kitab,
besar maupun kecil.
Duhai sang guru, sang pelita dalam
gelap, sang pendidik dan pelurus sikap yang menyimpang,Tidak semua muridmu
hebat dan pintar,yang ketika di asah langsung berkilau dan tajam, kami perlu
banyak asahan agar kami bisa setajam yang diharapkan bahkan bisa lebih. Namun
guru yang hebat adalah yang bisa menginspirasi murid-muridnya agar lebih hebat
meski ia cacat dan penuh dengan keterbatasan, kekurangan dan kelemahan disana
sini.
Dan pada umumnya, kami yang berada
jauh dari perkotaan, kehidupan yang serba tersedia fasilitas sarana dan
prasarana memiliki banyak kekurangan. Memiliki banyak cacat disana sini. Cacat
fisik yang mungkin bawaan dari lahir, cacat hati karena terlalu banyak masalah
yang tak terselesaikan, baik itu masalah kami sendiri maupun masalah didalam
keluarga kami dirumah, cacatnya moral karena kurangnya didikan agama serta cacat finansial karena ketidak mampuan
dan ketidak berdayaan orang tua kami dalam menggerakkan tangan dan kakinya
karena usia yang telah renta.
Mari kita berkaca dari sejarah, bahwa
setiap orang mampu sukses dan berhasil ketika mereka mampu memaksimalkan semua
potensi, fokus akan kelebihan, serta meminimalisir kekurangan-kekurangan yang
ada. Sebagaimana disebutkan dalam tulisan Sholikhin Abu Izzudiin dalam Super
Murobbi bahwa:
Jalaluddin al Mahalli, tokoh ber
mazhab syafi’i, adalah penulis kitab tafsir jalalin. Pernah mengalami kendala
dalam berkarya, lemah dalam menghafal, pernah sakit demam serta pusing karena
beban berat dalam menghafal. Gagal menghafal tidak menyurutkannya untuk
berkarya.
Imam as Suyuthi. Dialah ulama besar
penelaah hadits, penulis asy syamail, kitab yang mengurai dengan amat teliti
kehidupan dan kebiasaan Nabi Saw. Namun beliau adalah tokoh yang lemah dalam
soal hitung menghitung. Kelemahan bukan alasan untuk berhenti berprestasi.
Imam Ibnu Taimiyah yang dikenal
fatwa-fatwanya, masyhur karya besarnya, penjara menjadi langganannya, usia
tujuh belas tahun sudah menjadi mufti negara, pakar dalam ilmu hadits, faqih
dalam fiqih, hebat dalam mengajar, tegas dalam berfatwa, namun beliau tidak
memiliki ilmu qiro’at tentang pembacaan Al Quran. Kekurangannya tak mengurangi
kegemilangannya.
Sejarah mencatat bahwa orang-orang
besar lahir dari inspirasi guru besar.
Wahai guruku, mari mensyurgakan peran
kita sebagai guru sebagaimana dalam buku super murobbi;
Faridhah Syar’iyyah. Thalabul ilmi
faridhatun ‘ala kulli muslimin. Menjadi pembelajar adalah kewajiban besar
orang-orang besar. Tak ada kebesaran tanpa pembelajaran. Belajar dulu baru
bicara. Belajarlah agar menjadi hebat, kata Malcolm Gladwell, bukan belajar
setelah menjadi orang hebat.
Hajatul basyariyah. Seorang guru lahir untuk misi besar kemanusiaan, membawa cahaya
kebenaran, melarang dari keburukan, menembus kebuntuan, mendobrak kebekuan dan
melompat pagar dari keterpurukan.
Fadha’ilul adhimah. Berbahagialah, inilah the greathest fadhillah. Kebahagiaan para guru
adalah saat menunjukkan yang tersesat, membuka hati yang tertutup, menggugah
mata jiwa yang terlelap, membuka tabir skill yang tertutupi, meluruskan arah
langka yang bengkok, menegakkan langkah pijak yang terseok seok, mengulurkan
tangan pertolongan pada yang terperosok, mengangkat potensi yang terpendam lalu
di gosok seindah batu giok.
Amal jariyah.
Inilah royalti yang bikin happy, pahala yang menggairahkan langkah, amal
unggulan yang tiada tandingan, tabungan yang membuat berbunga-bunga karena
tidak pernah tersedok oleh biaya administrasi, jejak kebaikan yang selalu
berkembang, dan meski hanya satu ilmu yang bermanfaat akan menjadi pahala
berlipat-lipat sampai hari kiamat.
Give the best get the best. Kita memanen apa yang kita tanam. Kaetika yang ditanam
adalah tunas yang bagus, disiram dan di pupuk dengan pupuk terbaik, maka
hasilnya insyaallah maksimal. Memberikan ilmu yang kita punya, tanpa sesuatupun
yang disembunyikan dan tanpa pilih kasih, akan memberikan kepuasan tersendiri
kepada seorang guru. Bahagianya seorang guru ketika mampu membuat murid lebih
baik dari dirinya. Allah akan memberikan balasan terbaik ketika kita sudah
memaksimalkan kinerja.
Kama tadiinu tudaanu.Sebagaimana engkau memperlakukan begitu pula engkau diperlakukan. Mereka
adalah cerminan kita, ketika kita becermin dalam keadaan indah dan baik, maka
pantulan itulah yang akan kita dapat. Segala sesuatu yang disampaikan dari hati
akan diterima oleh hati. Membalas kebaikan dengan kebaikan yang lebih baik,
membalas kejelekan dengan kebaikan, itulah yang akan mempesona mereka dan
mengambil hati, karena kebaikan itu mengikat.
Wahai guru, tugasmu yang begitu berat semoga akan terbalas dengan
kebaikan yang berlipat. Keikhlasanmu memberikan kami semangat untuk mengikutimu dan menambah
semangat bagi muridmu.Kesungguhan mematahkan ego dan keangkuhan ku dalam
belajar menggali ilmu mu.
Wahai guruku, semoga Allah selalu merahmatimu, memberikan kepadamu sebaik
baik balasan dari sisiNya. Terpujilah engkau wahai bapak dan ibu guruku.