Kamis, 23 April 2020

UNTUKMU GURU


Guru, sebuah profesi yang sangat luar biasa berat. Profesi yang bersentuhan dengan jiwa yang beragam dengan berbagai karakter dan tabi’at. Guru yang kedudukan nya sangat mulia, tak kalah dengan kedudukan orang tua. Sebagaimana yang disampaikan Iman Al Ghozali, Jika orang tua menjadi sebab manusia lahir di dunia, sedang guru menjadi sebab bahagia dan sukses di dunia, di alam kubur, hingga ke akhirat
Guru, yang tugasnya super berat. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat kepadNya, karena mereka bukan hanya mentransfer pengetahuan, bukan hanya mengajar. Namun lebih dari itu, mereka mendidik, mendidik karakter, membangun sebuah kepribadian, menguatkan mentalitas, menggerakkan potensi yang terpendam dan memobilisasi semua kemampuan untuk meraih kesuksesan. Dalam sebuah buku Super Murobbi, seorang guru tak cukup hanya duduk diam, namun harus bangkit penuh keyakinan:
1.      Menjadi pemimpin pembuka jalan, path finding, sehingga murid-muridnya terobsesi untuk melejitkan potensi. Perlakukan mereka apa adanya, maka akan membuat mereka semakin buruk. Perlakukan mereka berdasarkan potensinya, maka akan membuat mereka semakin baik.
2.      Menjadi Polisi penegak hukum dan pengawas keamanan. Guru adalah panglima dalam kedisiplinan dan komandan dalam tanggung jawab. “ Menunda beramal saleh guna menantikan kesempatan yang lebih luang adalah termasuk kebodohan jiwa. (Al Hikam : 16)
3.      Sesepuh bijak dalam bertindak, adil dalam menghukumi, serius dalam menapaki peran, sabar dalam menjalani cobaan, fokus dalam kebaikan dan berpengalaman dalam berbagai medan tantangan. Selalu optimis, berfikir dan berjiwa besar, menutup masa lalu, menatap masa depan dan meniti hari ini dengan penuh keyakinan.”Diantara  tanda keberhasilan pada akhir perjuangan adalah merujuk kepada aturan Allah sejak permulaan.” (Al Hikam: 24)
4.      Rujukan dalam pengetahuan, pemandu problem solving, inspirator dalam mencari solusi, pakar dalam manajemen, terampil dalam olah skill, tepat dalam analisa, dan akurat dalam mengambil pilihan darurat. “Tahu jalan masuk dan jalan keluar dari suatu perkara, sesempit apa pun jalan yang tersedia.” (Amru bin Ash,r.a.)
5.      Menjadi dirigen untuk mengorkrestrai potensi, mengaransemen minat dan bakat menata kecenderungan dan meluruskan keyakinan. Seorang guru mendesain baju serba guna untuk berbagai macam kitab, besar maupun kecil.

Duhai sang guru, sang pelita dalam gelap, sang pendidik dan pelurus sikap yang menyimpang,Tidak semua muridmu hebat dan pintar,yang ketika di asah langsung berkilau dan tajam, kami perlu banyak asahan agar kami bisa setajam yang diharapkan bahkan bisa lebih. Namun guru yang hebat adalah yang bisa menginspirasi murid-muridnya agar lebih hebat meski ia cacat dan penuh dengan keterbatasan, kekurangan dan kelemahan disana sini.
Dan pada umumnya, kami yang berada jauh dari perkotaan, kehidupan yang serba tersedia fasilitas sarana dan prasarana memiliki banyak kekurangan. Memiliki banyak cacat disana sini. Cacat fisik yang mungkin bawaan dari lahir, cacat hati karena terlalu banyak masalah yang tak terselesaikan, baik itu masalah kami sendiri maupun masalah didalam keluarga kami dirumah, cacatnya moral karena kurangnya didikan agama  serta cacat finansial karena ketidak mampuan dan ketidak berdayaan orang tua kami dalam menggerakkan tangan dan kakinya karena usia yang telah renta.
Mari kita berkaca dari sejarah, bahwa setiap orang mampu sukses dan berhasil ketika mereka mampu memaksimalkan semua potensi, fokus akan kelebihan, serta meminimalisir kekurangan-kekurangan yang ada. Sebagaimana disebutkan dalam tulisan Sholikhin Abu Izzudiin dalam Super Murobbi bahwa:
Jalaluddin al Mahalli, tokoh ber mazhab syafi’i, adalah penulis kitab tafsir jalalin. Pernah mengalami kendala dalam berkarya, lemah dalam menghafal, pernah sakit demam serta pusing karena beban berat dalam menghafal. Gagal menghafal tidak menyurutkannya untuk berkarya.
Imam as Suyuthi. Dialah ulama besar penelaah hadits, penulis asy syamail, kitab yang mengurai dengan amat teliti kehidupan dan kebiasaan Nabi Saw. Namun beliau adalah tokoh yang lemah dalam soal hitung menghitung. Kelemahan bukan alasan untuk berhenti berprestasi.
Imam Ibnu Taimiyah yang dikenal fatwa-fatwanya, masyhur karya besarnya, penjara menjadi langganannya, usia tujuh belas tahun sudah menjadi mufti negara, pakar dalam ilmu hadits, faqih dalam fiqih, hebat dalam mengajar, tegas dalam berfatwa, namun beliau tidak memiliki ilmu qiro’at tentang pembacaan Al Quran. Kekurangannya tak mengurangi kegemilangannya.
Sejarah mencatat bahwa orang-orang besar lahir dari inspirasi guru besar.
Wahai guruku, mari mensyurgakan peran kita sebagai guru sebagaimana dalam buku super murobbi;
Faridhah Syar’iyyah. Thalabul ilmi faridhatun ‘ala kulli muslimin. Menjadi pembelajar adalah kewajiban besar orang-orang besar. Tak ada kebesaran tanpa pembelajaran. Belajar dulu baru bicara. Belajarlah agar menjadi hebat, kata Malcolm Gladwell, bukan belajar setelah menjadi orang hebat.
Hajatul basyariyah. Seorang guru lahir untuk misi besar kemanusiaan, membawa cahaya kebenaran, melarang dari keburukan, menembus kebuntuan, mendobrak kebekuan dan melompat pagar dari keterpurukan.
Fadha’ilul adhimah. Berbahagialah, inilah the greathest fadhillah. Kebahagiaan para guru adalah saat menunjukkan yang tersesat, membuka hati yang tertutup, menggugah mata jiwa yang terlelap, membuka tabir skill yang tertutupi, meluruskan arah langka yang bengkok, menegakkan langkah pijak yang terseok seok, mengulurkan tangan pertolongan pada yang terperosok, mengangkat potensi yang terpendam lalu di gosok seindah batu giok.
Amal jariyah. Inilah royalti yang bikin happy, pahala yang menggairahkan langkah, amal unggulan yang tiada tandingan, tabungan yang membuat berbunga-bunga karena tidak pernah tersedok oleh biaya administrasi, jejak kebaikan yang selalu berkembang, dan meski hanya satu ilmu yang bermanfaat akan menjadi pahala berlipat-lipat sampai hari kiamat.
Give the best get the best. Kita memanen apa yang kita tanam. Kaetika yang ditanam adalah tunas yang bagus, disiram dan di pupuk dengan pupuk terbaik, maka hasilnya insyaallah maksimal. Memberikan ilmu yang kita punya, tanpa sesuatupun yang disembunyikan dan tanpa pilih kasih, akan memberikan kepuasan tersendiri kepada seorang guru. Bahagianya seorang guru ketika mampu membuat murid lebih baik dari dirinya. Allah akan memberikan balasan terbaik ketika kita sudah memaksimalkan kinerja.
Kama tadiinu tudaanu.Sebagaimana engkau memperlakukan begitu pula engkau diperlakukan. Mereka adalah cerminan kita, ketika kita becermin dalam keadaan indah dan baik, maka pantulan itulah yang akan kita dapat. Segala sesuatu yang disampaikan dari hati akan diterima oleh hati. Membalas kebaikan dengan kebaikan yang lebih baik, membalas kejelekan dengan kebaikan, itulah yang akan mempesona mereka dan mengambil hati, karena kebaikan itu mengikat.
Wahai guru, tugasmu yang begitu berat semoga akan terbalas dengan kebaikan yang berlipat. Keikhlasanmu memberikan kami semangat untuk mengikutimu dan menambah semangat bagi muridmu.Kesungguhan mematahkan ego dan keangkuhan ku dalam belajar menggali ilmu mu.
Wahai guruku, semoga Allah selalu merahmatimu, memberikan kepadamu sebaik baik balasan dari sisiNya. Terpujilah engkau wahai bapak dan ibu guruku.




CIRI -CIRI VISI

                   Ciri-ciri Visi yang efektif   menurut Nanus (1992) adalah sebagai berikut: 1)       Visi menghubungkan keadaan saat ini...